Selasa, 01 Maret 2016

Proposal PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ) DAN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QUR’AN SISWA MADRASAH ALIYAH DIPONDOK PESANTREN AL-FATIMIYAH BANJARANYAR PACIRAN LAMONGAN TAHUN PELAJARAN




Proposal

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ) DAN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP KEMAMPUAN MENGHAFAL
AL-QUR’AN SISWA MADRASAH ALIYAH DIPONDOK
PESANTREN AL-FATIMIYAH BANJARANYAR
PACIRAN LAMONGAN TAHUN PELAJARAN
2014-2015






Mata Kuliah : Metode Penelitian Social Dan Agama
Dosen : Prof. Dr. Hj. Masrurah Mukhtar,  MA
Dr. H. M. Ishaq Shamad , MA

Di Susun Oleh :
Wahyuddin

PROGRAM PASCASARJANA MEGISTER PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2015-2016




DAHTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………………………………………………………..……..i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………..…………….iii
I.       PENDAHULUAN………………………………………………………………..1
A.    Latar Belakang Masalah………………………………………………………1
B.     Rumusan Masalah……………………………………………………………. 6
C.     Tujuan Penelitian …………………………………………………………….7
D.    Kegunaan Penelitian………………………………………………………….7
E.     Hipotesis Penelitian…………………………………………………………..8
F.      Ruang Lingkup Dan Keterbatasan Penelitian…………………………………9
G.    Definisi Operasional………………………………………………………....10
II.    TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………...11
A.    Landasan Teori………………………………………………………………11
1.      Menghafal Al-Qur’an………………………………………………….. .11
2.      Kecerdasan Intelektual (Iq)………………………………………………17
B.     Hasil Penelitian Yang Relevan………………………………………………21



III. METODEPENELITIAN……………………………………………………….23
A.    Rancangan penelitian………………………………………………………..23
B.     Sumber dan Jenis data penelitian…………………………………………….23
C.     Populasi dan Sampel penelitian Instrumen penelitian……………………….24
D.    Instrument Penelitian………………………………………………………...27
E.     Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………..30
F.      Teknik Analisis Data………………………………………………………...31

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...34

 


KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ridho dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ’’ Pengaruh Kecerdasan Intelektual (Iq) Dan Kecerdasan Emosional (Eq) Terhadap Kemampuan Menghafal Al Qur’an Siswa Madrasah Aliyah Dipondok Pesantrenal Fatimiyah Banjaranyar Paciranlamongan’’. Dan tak lupa pula kita haturkan salawat dan tashlim kepada  Baginda Rasullulah SAW, panutan bagi semua umat manusia dan rahmatan lilalamin (rahmat bagi alam smesta)
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini salah satunya adalah untuk membagun pemgetahuan kita dan daya pikir, nalar kita untuk menunjang ilmu  pengetahuan yang lebih baik.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
            Penulis berharap semoga tugas makalah ini bermanfaat begi penulis dan khususnya pembaca pada umumnya. Terima kasih
Makassar,         January 2016

Penulis

 




I.       PENDAHULUAN


A.    Latar belakang masalah
Al-Quran merupakan sumber utama dan pertama ajaran Islam. Al-Quran adalah kalam Allah yang mengandung mu’jizat diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui malaikat jibril yang tertulis pada mushaf yang diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, dinilai ibadah bagi yang membacanya, yang dimulai surah Al- Fatihah dan di akhiri surat An- Nas.[1] Diantara keistimewaan Al-Qur’an adalah ia merupakan kitab yang dijelaskan dan dimudahkan untuk di hafal.[2]
Kitab  suci  umat  Islam  ini  adalah  satu-satunya  kitab  suci samawi yang  masih  murni  dan  asli.  Tidak  seperti  kitab  suci sebelumnya, seperti kitab Taurat dan Injil yang telah  mengalami “tahrif”  atau  perubahan  baik dari  segi  redaksi  maupun  dari  segi makna.  Perubahan  terhadap  kitab suci  ini  baik  dari  segi  arti maupun  dari  segi  redaksi  menyebabkan implikasi  yang  serius dalam kehidupan keagamaan.
Jadi, jika Al-  Qur'an yang ada sekarang ini masih asli dan murni sesuai  dengan  apa  yang  diajarkan  oleh  Nabi  Muhammad SAW  kepada para  sahabatnya,  hal  itu  karena  Allah  yang menjaganya.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
"Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya  kami  benar-  benar  memeliharanya  (QS, Al-Hijr: 9).[3]
Penjagaan  Allah  kepada  Al-Qur'an  bukan  berarti  Allah menjaga secara langsung fase-fase penulisan Al-Qur'an, tapi Allah melibatkan para hamba- Nya untuk ikut menjaga Al-Qur'an.[4]
Salah  satu  usaha  nyata  dalam  proses  pemeliharaan  AlQur'an adalah dengan menghafalnya pada setiap generasi.[5] Dalam menghafalkan  Al- Qur'an  ini  tentu  tidak  mudah,  dengan  sekali membaca langsung hafal akan tetapi ada metodenya, dan juga ada berbagai macam problematikanya.[6]
Winkel dalam Saptadi, pada saat mempelajari materi untuk pertama kali peserta didik mengolah bahan pelajaran (fase fiksasi) yang kemudian disimpan dalam ingatan (fase retensi), akhirnya pengetahuan dan pemahaman yang telah diperoleh diproduksi kembali.[7]
Teknik  mengingat  yang  banyak dilakukan  orang  adalah  dengan mengulang  informasi  yang  masuk. Menurut Matlin dalam Saptadi, Pengulangan informasi akan  tersimpan  lebih  lama  dan  lebih  mudah  untuk  diingat  kembali.[8]
Tahfidz berasal dari Bahasa Arab حَفِظَ يَحْفَظُ حِفْظًا yang berarti menghafal, sedangkan kata (menghafal) berasal dari kata (hafal) yang memiliki dua arti : (1) telah masuk dalam ingatan (tentang pelajaran), dan (2) dapat mengucapkan di luar kepala (tanpa melihat buku atau catatan lain). Adapun arti “menghafal” adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat.[9]
Dalam menghafal pelajaran, seseorang menghadapi materi yang biasanya disajikan  dalam  bentuk  verbal  (bahasa),  entah  materi  itu  dibaca sendiri  atau diperdengarkan. Dalam menghafal Al Qur’an, seseorang juga menghadapi materi hafalan dalam bentuk verbal baik dibaca sendiri atau diperdengarkan (simakan). Dalam  menghafal  pelajaran  umum,  seseorang mengulang-ulang  kembali  materi hafalan sampai tertanam  sungguh-sungguh dalam ingatan. Demikian pula dalam menghafal Al Qur’an, seseorang mengulang-ulang ayat yang dihafalkan kemudian disimpan dalam ingatan (fase retensi).
Terkait dengan  menghafal Al-qur’an, untuk mencapai keberhasilan  dalam menghafal, khususnya menghafal Al-qur’an seorang santri seharusnya memiliki berbagai macam jenis kecerdasan, yakni kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan Emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ).
Kecerdasan intelektual (IQ) menurut Wechsler dalam Muttaqiyatun, inteligensi adalah kemampuan menyimpan dua gagasan berlawanan dalam pikiran secara bersamaan, namun masih mempunyai kemampuan untuk berfungsi.[10]
Goleman dalam Muttaqiyathun, bahwa kecerdasan emosi (EQ) adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam berhubungan dengan orang lain.[11]
Zohar dan Marshal dalam Muttaqiyathun, yang mengartikan SQ adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar. Ini adalah kecerdasan yang digunakan bukan hanya untuk mengetahui nilai-nilai yang ada, melainkan juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.[12]
Menurut pengertian dari para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan IQ, EQ, dan SQ berperan dalam suatu proses untuk tercapainya keberhasilan dalam menghafal Al-Qur’an.
Kenyataan dalam salah satu pondok pesantren Tahfidzul Qur’an tepatnya di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar, memperlihatkan banyaknya santri penghafalkan Al-qur’an yang mempunyai kemampuan hafalan yang berbeda-beda dan tingkat keberhasilan yang berbeda-beda. Umumnya, para santri belum mengetahui tentang potensi dan kemampuan yang ada pada dirinya dan kecerdasan yang lebih dominan pada dirinya.
Pengembangan kemampuan menghafal di Madrasah Aliyah Al- Fatimiyah dimaksudkan untuk membantu siswa dalam menyelesaikan hafalan surat-surat dalam Alqur’an. Pengembangan kemampuan menghafal menghafal Al-qur’an sebagai salah satu tujuan Pondok Pesantren Al-Fatimiyah. Berbagai upaya pengembangan kemampuan menghafal Al-qur’an para siswa diharapkan akan membantu siswa dalam mencapai tujuan secara optimal. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pengembangan kemampuan diri tidak berjalan mudah dan lancar. Banyak kendala yang menghambat baik dari segi sumber daya manusia, siswa, sistem yang ada, sarana prasarana, Lingkungan dan sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan ustadzah yang menjadi pembimbing dalam menghafalkan Al-qur’an atau penerima storan Al-qur’an di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan, siswa MA Al- Fatimiyah dituntut minimal dalam satu tahun mampu menghafal 3 juz. Banyak hal yang mampu membuat kemampuan menghafal menjadi baik dan berkembang diantaranya adalah kecerdasan intelektua, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
Memandang bahwa kecerdasan Intelektual (IQ), kecerdasan Emosional (EQ), dan kecerdasan Spiritual (SQ) diasumsikan mempunyai pengaruh terhadap pencapaian hasil belajar berupa kemampuan menghafal Al-qur’an. Dengan demikian, sejauh mana kecerdasan IQ dan SQ dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih mendalam dengan judul penelitian “ Pengaruh kecerdasan Intelektual (IQ), dan kecerdasan Emosional (EQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an Siswa Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan “ Peneliti hanya meneliti kecerdasan Intelektual dan kecerdasan Emosional karena peneliti mampu mencari indikatornya dan keterbatasan waktu.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Apakah terdapat pengaruh kecerdasan Intelektual (IQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
2.      Apakah terdapat pengaruh kecerdasan Emosional (EQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
3.      Apakah terdapat pengaruh antara kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan Emosional (EQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, penelitian ini disusun untuk:
1.      Mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual (IQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
2.      Mengetahui pengaruh kecerdasan Emosional (EQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
3.      Mengetahui pengaruh antara kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan  Emosional (EQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
D.    Kegunaan Penelitian
Selain tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti, terdapat pula kegunaan dalam penelitian ini, antara lain:
1.      Secara Teoritis
Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan untuk pengembangan kemampuan menghafal Al-qur’an melalui kecerdasan Intelektuan (IQ) dan kecerdasan Emosional (EQ). Agar hasil penelitian ini dapat menjadi bahan kajian bagi penelitian lanjutan maupun tujuan lain yang relevan.
2.      Secara praktis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembuatan karya ilmiah, serta sebagai salah satu cara untuk mengembangkan wawasan khususnya pengetahuan mengenai pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para Ustadzah (guru) dan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan di lembaga pendidikan untuk merumuskan kebijakan yang menyangkut pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an pada khususnya dan kualitas pendidikan pondok pesantren tahfizd pada umumnya.
E.     Hipotesis Penelitian
Berdasar atas permaalahan penelitian sebelumnya, maka hipotesis penelitian (Ha) yang hendak dibuktikan dapat dirumuskan:
a.       Terdapat pengaruh kecerdasan Intelektual (IQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
b.      Terdapat pengaruh kecerdasan Emosional (EQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
c.       Terdapat pengaruh antara kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan Emosional (EQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
F.     Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Dalam rangka membatasi kajian penelitian dan mempermudah pemahaman, maka ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi sebagai berikut:
1.      Dalam judul penelitian ini mencakup dua variabel:
a.       Variabel independen (bebas) yakni kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.
b.      Variabel dependen (terikat) yakni kemampuan menghafal Al-qur’an.
2.       Subyek dalam penelitian ini adalah santri MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan.
3.      Lokasi penelitian di lakukan di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan.
4.      Kegiatan penelitian ini di laksanakan mulai bulan mei sampai juni pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.


G.    Definisi Operasional
Beberapa variabel penelitian yang perlu didefinisikan secara operasioanal adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan menghafal.
1.       Kecerdasan Intelektual (IQ)
Kecerdasan intelektual (IQ) menurut Wechsler dalam Muttaqiyatun, inteligensi adalah kemampuan menyimpan dua gagasan berlawanan dalam pikiran secara bersamaan, namun masih mempunyai kemampuan untuk berfungsi.
2.      Kecerdasan Emosional (EQ)
Goleman dalam Muttaqiyathun, bahwa kecerdasan emosi (EQ) adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam berhubungan dengan orang lain.[13]
3.      Menghafal
Menurut Winkel (2001: 22) pada saat mempelajari materi untuk pertama kali  peserta  didik  mengolah  bahan  pelajaran  (fase  fiksasi),  yang kemudian disimpan  dalam  ingatan  (fase  retensi),  akhirnya pengetahuan  dan  pemahaman yang  telah  diperoleh  diproduksi  kembali.






II. TINJAUAN PUSTAKA
A.    Landasan TeorI
1.      Menghafal Al-qur’an
a.       Pengertian Menghafal
Menurut Winkel (2001: 22) pada saat mempelajari materi untuk pertama kali  peserta  didik  mengolah  bahan  pelajaran  (fase fiksasi),  yang  kemudian disimpan  dalam  ingatan  (fase  retensi), akhirnya  pengetahuan  dan  pemahaman yang  telah  diperoleh diproduksi  kembali.  Teknik  mengingat  yang  banyak dilakukan  orang  adalah  dengan  mengulang  informasi  yang  masuk. Pengulangan informasi  akan  tersimpan  lebih  lama  dan  lebih mudah  untuk  diingat  kembali (Matlin,  2008:  45).
Proses  pengulangan  tersebut  berkaitan  erat  dengan  sistem ingatan  yang  ada  pada  manusia.  Menurut  Atkinson  dan  Shiffrin (dalam  Matlin, 2008: 23), sistem ingatan manusia dibagi menjadi 3 bagian yaitu sensori memori (sensory  memory),  ingatan  jangka  pendek  (short  term  memory),  dan  ingatan jangka panjang (long term memory).
Sensori memori mencatat informasi atau stimuli yang masuk melalui salah satu  atau  kombinasi  panca  indra,  yaitu  secara  visual  melalui  mata,  pendengaran melalui telinga, bau melalui hidung, rasa melalui lidah dan rabaan melalui kulit. Bila informasi atau stimuli tersebut tidak diperhatikan akan langsung terlupakan, namun  bila  diperhatikan  maka  informasi  tersebut  ditransfer  ke  sistem  ingatan jangka pendek. Sistem ingatan jangka pendek menyimpan informasi atau stimuli selama  ±  30  detik,  dan  hanya  sekitar  tujuh  bongkahan  infomasi  (chunks)  dapat dipelihara dan disimpan di sistem ingatan jangka pendek dalam suatu saat (Solso, 2008:  30).  Setelah  berada  di  sistem  ingatan  jangka  pendek,  informasi  tersebut dapat  ditransfer  lagi  melalui  proses  rehearsal  ke  sistem  ingatan  jangka  panjang untuk disimpan, atau dapat juga informasi tersebut hilang atau terlupakan karena tergantikan oleh tambahan bongkahan informasi yang baru (Solso, 2008: 31).
Menghafal  Al-Qur’an  merupakan  gabungan  dari  dua  suku  kata, yaitu  menghafal  dan  Al-Qur’an.  Menurut  Alex  Sobur  (2003:260), menghafal adalah “kemampuan untuk memproduksi tanggapan-tanggapan yang telah tersimpan secara tepat dan sesuai dengan tanggapan-tanggapan yang  diterima”.  Menghafal  juga  dimaknai  belajar  atau  mempelajari sesuatu  dan  mencoba  menyimpannya  di  ingatan.  Al-Qur’an  diartikan dengan  kalam  Allah  yang  bernilai  mukjizat  yang  diturunkan  kepada “Pungkasan”  para  nabi  dan  rosul  dengan  perantaraan  malaikat  Jibril  a.s yang tertulis pada mushaf, diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya terhitung ibadah, diawali dengan surat al-Fatihah dan ditutup dengan surat an-Nas  (Ash-Shabuni,  2001:3).  Jadi,  menghafal  Al-Qur’an  merupakan suatu kemampuan untuk mempelajari dan mencoba menyimpan ayat-ayat Al-Qur’an di ingatan.[14]
b.      Konsep Menghafal Al-qur’an
Sebelum  memulai  menghafal  Al-Qur’an,  maka  terlebih  dahulu santri  membaca  mushaf  Al-Qur’an  dengan  melihat  ayat  Al-Qur’an (Binadhor) dihadapan guru atau kyai. Sebelum  memperdengarkandengan  hafalan  yang  baru, terlebih  dahulu  penghafal   Al-Qur’anmenghafal  sendiri  materi  yang  akan  disemak  dihadapan  guru  atau  kyai dengan jalan sebagai berikut:
a)      Pertama  kali  terlebih  dahulu  calon  penghafal  membaca  dengan malihat mushaf (Binadhor) materi-materi yang akan diperdengarkan dihadapan guru atau kyai minimal 3 (tiga) kali.
b)      Setelah  dibaca  dengan  melihat  mushaf  (Binadhor) dan  terasa  ada bayangan,  lalu  dibaca  dengan  hafalan  (tanpa  melihat  mushaf  atau Bilghoib) minimal 3 (tiga) kali dalam satu kalimat dan maksimalnya tidak terbatas. Apabila sudah dibaca dan dihafal 3 (tiga) kali masih belum  ada  bayangan  atau  masih  belum  hafal,  maka  perlu ditingkatkan sampai menjadi hafal betul dan tidak boleh menambah materi yang baru.
c)      Setelah  satu  kalimat  tersebut  ada  dampaknya  dan  menjadi  hafal dengan  lancar,  lalu  ditambah  dengan  merangkaikan  kalimat berikutnya  sehingga  sempurna  satu  ayat.  Materi-materi  baru  ini selalu  dihafal  sebagaimana  halnya  menghafal  pada  materi  pertama kemudian  dirangkaikan  dengan  mengulang-ulang  materi  atau kalimat  yang  telah  lewat,  minimal  3  (tiga)  kali  dalam  satu  ayat  ini dan maksimal tidak terbatas sampai betul-betul hafal. Tetapi apabila materi  hafalan  satu  ayat  ini  belum  lancar  betul,  maka  tidak  boleh pindah ke materi ayat berikutnya.
d)     Setelah materi satu ayat ini dikuasai hafalannya denga hafalan yang betul-betul  lancar,  maka  diteruskan  dengan  menambah  materi  ayat baru  dengan  membaca binadhar terlebih  dahulu  dan  mengulangulang  seperti  pada  materi  pertama.  Setelah  ada  bayangan  laludilanjutkan  dengan  membaca  tanpa  melihat  sampai  hafal  betul sebagaimana halnya menghafal ayat pertama.
e)      Setelah mendapat hafalan dua ayat dengan baik dan lancar, dan tidak terdapat  kesalahan  lagi,  maka  hafalan  tersebut  diulang-ulang  mulai dari materi ayat pertama dirangkaikan dengan ayat kedua minimal 3 (tiga) kali dan maksimal tidak terbatas. Begitu pula menginjak ayatayat  berikutnya  sampai  kebatas  waktu  yang  disediakan  habis  dan para materi yang telah ditargetkan.
f)       Setelah  materi  yang  ditentukan  menjadi  hafal  dengan  baik  dan lancar,  lalu  hafalan  ini  diperdengarkan  kehadapan  guru  atau  kyai untuk  ditashhih hafalannya  serta  mendapatkan  petunjuk-petunjuk dan bimbingan seperlunya.
g)      Waktu menghadap  ke  guru  atau  kyai  pada  hari  kedua,  penghafal memperdengarkan  materi  baru  yang  sudah  ditentukan  dan mengulang materi hari pertama. Begitu pila hari ketiga, materi hari pertama,  hari  kedua  dan  hari  ketiga  harus  selalu  diperdengarkan untuk  lebih  memantabkan  hafalannya.  Lebih  banyak  mengulangulang  materi  hari  pertama  dan kedua  akan  lebih  menjadi  baik  dan mantap hafalannya.[15]
c.       Faktor-faktor yang meningkatkan kemampuan menghafal:
Berdasarkan pendapat Alfi (2002: 4), faktor –  faktor yang mendukung dan meningkatkan  kemampuan  menghafal  Al-Qur’an   sebagai  berikut:
a)      Motivasi dari penghafal
b)      Mengetahui dan memahami arti atau makna yang terkandung dalam Al-Qur’an
c)      Pengaturan dalam menghafal
d)     Fasilitas yang mendukung
e)      Otomatisasi hafalan
f)       Pengulangan hafalan.
Menurut  Putra dan Issetyadi,  (2010:16)  berasal  dari  faktor  internal  dan  eksternal.  Faktor  internal antara  lain:  (a)  kondisi  emosi,  (b)  keyakinan  (belief),  (c)  kebiasaan  (habit),  dan cara  memproses  stimulus.
Faktor  eksternal,  antara  lain:  (a)  lingkungan  belajar, dan (b) nutrisi tubuh.
Berikutnya  untuk  membantu  mempermudah  membentuk  kesan  dalam ingatan  terhadap  ayat-ayat  yang  dihafal,  maka  diperlukan  strategi  yang  baik. Strategi itu antara lain sebagai berikut :[16]
a)      Strategi pengulangan  ganda.
b)      Tidak pernah beralih pada ayat berikutnya sebelum ayat yang sedang dihafal benar-benar terhafal.
c)       Menghafal  urutan-urutan  yang  dihafalnya  dalam  satu  kesatuan jumlah setelah benar-benar hafal ayatnya.
d)     Menggunakan satu jenis mushaf saja.
e)      Memahami ayat-ayat yang dihaafalnya.
f)       Memperhatikan ayat-ayat yang serupa.
g)      Disetorkan pada seseorang yang mampu menghafal al-Qur’an.
h)      Adab menghafal al-Qur’an
2.      Kecerdasan Intelektual (IQ)
a.       Pengertian Kecerdasan Intelektual (IQ)
Kecerdasan intelektual (IQ) menurut Wechsler dalam Muttaqiyatun, inteligensi adalah kemampuan menyimpan dua gagasan berlawanan dalam pikiran secara bersamaan, namun masih mempunyai kemampuan untuk berfungsi.[17]
Intelligence  Quotient  atau  yang  biasa  disebut  dengan  IQ  merupakan istilah  dari  pengelompokan  kecerdasan  manusia  yang  pertama  kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20.  Kemudian  Lewis  Ternman  dari  Universitas  Stanford  berusaha  membakukan test IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada masanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan  aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut.[18]

b.      Indikator Kecerdasan Intelektual (IQ)
Berdasarkan  pengalaman,  tidak  ada  indikator  dan  alat  ukur  yang  jelas  untuk mengukur  atau  menilai  kecerdasan  setiap  individu,  kecuali  untuk  kecerdasan intelektual  atau  IQ,  dalam  konteks  ini  dikenal  sebuah  tes  yang  biasa  disebut  dengan psikotest untuk mengetahui tingkat IQ seseorang, akan tetapi test tersebut juga tidak dapat  secara  mutlak  dinyatakan  sebagai  salah  satu  identitas  dirinya  karena  tingkat intelektual  seseorang  selalu  dapat  berubah  berdasarkan  usia  mental  dan  usia kronologisnya.[19]
Orang yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) yang cukup tinggi dapat dilihat selain  dari  hasil  tes,  dapat  terlihat  juga  bawa  biasanya  orang  tersebut  memiliki kemapuan  matematis, memiliki  kemampuan  membayangkan  ruang,  melihat  sekeliling secara runtun atau menyeluruh, dapat mencari hubungan antara suatu bentuk dengan bentuk lain, memiliki kemapuan untuk mengenali, menyambung, dan merangkai katakata  serta  mencari  hubungan  antara  satu  kata  dengan kata  yang  lainya,  dan  juga memiliki memori yang cukup bagus.[20]

c.       Tinjauan Kecerdasan Emosional (EQ)
a)      Pengertian Kecerdasan Emosional (EQ)
Goleman dalam Muttaqiyathun, bahwa kecerdasan emosi (EQ) adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam berhubungan dengan orang lain.[21]
EQ  merupakan  serangkaian  kemampuan  mengontrol  dan  menggunakan emosi,  serta  mengendalikan  diri,  semangat,  motivasi,  empati,  kecakapan sosial, kerja sama, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Dengan  berkembangnya teknologi  pencitraan otak (brain-imaging), yaitu sebuah  teknologi  yang  kini  membantu  para  ilmuwan  dalam  memetakan  hati manusia,  semakin  memperkuat  keyakinan  kita  bawa  otak  memiliki  bagian rasional dan emosional yang saling bergantung.[22]
Untuk kecerdasan  emosi  (EQ)  dan kecerdasan  spiritual  (SQ),  hingga saat  ini  belum  ada  alat  yang  dpat  mengukurnya  dengan  jelas  karena  dua  kecerdasan tersebut bersifat kualitatif bukan kuantitatif. Seperti  halnya  dengan  alat  ukur  kecerdasan,  indikator  orang  yang  memilki  IQ, EQ  dan  SQ  juga  tidak  ada  ketetuan  yang  jelas,  sehingga  untuk  mengetahui  seseorang tersebut  memiliki  kecerdasan  intelektual,  kecerdasan  emosional  dan  kecerdasan spiritual  biasanya  dilihat  dari  hal-hal  yang  biasanya  ada  pada  orang  yang  memiliki  IQ, EQ dan SQ tinggi dan dilihat berdasarkan kompone dari klasifikasi kecerdasan tersebut.[23]
b)      Indikator Kecerdasan Emosional (EQ)
Seperti  halnya  dengan  alat  ukur  kecerdasan,  indikator  orang  yang  memilki  IQ, EQ  dan  SQ  juga  tidak  ada  ketetuan  yang  jelas,  sehingga  untuk  mengetahui  seseorang tersebut  memiliki  kecerdasan  intelektual,  kecerdasan  emosional  dan  kecerdasan spiritual  biasanya  dilihat  dari  hal-hal  yang  biasanya  ada  pada  orang  yang  memiliki  IQ, EQ dan SQ tinggi dan dilihat berdasarkan kompone dari klasifikasi kecerdasan tersebut.
Seseorang  dengan  kecerdasan  emosi  (EQ)  tinggi  diindikatori  memiliki  hal-hal sebagai berikut :[24]
(a)    Sadar  diri,  panada  mengendalikan  diri,  dapat  dipercaya.
(b)   Dapat  beradaptasi dengan baik dan memiliki jiwa kreatif.
(c)    Bisa  berempati,  mampu  memahami  perasaan  orang  lain, bisa  mengendaikan konflik, bisa bekerja sama dalam tim.
(d)   Mampu bergaul dan membangun sebuah persahabatan.
(e)    Dapat mempengaruhi orang lain.
(f)    Bersedia memikul tanggung jawab.
(g)   Berani bercita-cita.
(h)   Bermotivasi tinggi.
(i)     Selalu optimis.
(j)     Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
(k)   Senang mengatur dan mengorganisasikan aktivitas.
B.     Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian Tentang Pengaruh IQ Terhadap Kemampuan Menghafal. Pengaturan  dalam  menghafal  Al  Qur’an  di  pondok pesantren  Raudhatul Qur’an  Kauman,  Kota  Semarang  yaitu  mengaji  3  kali sehari.  Target  dalam menghafal  Al  Qur’an  yaitu  khatam  dalam waktu  3  tahun.  Untuk  membetulkan hafalan  Al-Qur’an,  para  santri  diperintahkan  untuk  mengulang-ulang  hafalan. Selain  itu  dengan  mengadakan  sema’an  Al  Qur'an  dengan  sesama  santri  untuk saling  membandingkan  hafalan.  Untuk  membaguskan  bacaan  Al  Qur’an  para santri melakukan musabahah dengan cara mengaji di depan guru atau kyai.
Faktor  yang  mempengaruhi  hafalan  Al-Qur’an  oleh  santri  di  pondok pesantren  Raudhatul  Qur’an  Kauman,  Kota  Semarang  adalah  potensi  santri. Untuk  mengetahui  potensi  santri  dari  segi  intelegensi  dilakukan  tes  IQ  tipe Stanford-Binet.
Secara umum kemampuan intelektual semua santri yang diteliti pada taraf rata-rata,  yaitu  di  antara  90-109.  Masing-masing  santri  cukup  baik  dalam merespon tes yang diberikan. Kemampuan di atas rata-rata yang ada pada hampir semua santri ditemukan dalam item tes persamaan, perbendaharaan kata, simbol angka, dan rancangan balok.  Tes yang dilaksanakan mewakili kemampuan santri dalam  persepsi,  komunikasi,  dan  stabilitas  emosi.  Pada  sample  tersebut terdapat seorang  santri  yang  memiliki  IQ  di  bawah  rata-ra[25]ta  yaitu  81  di  antara  80    89.
Secara umum santri ini memiliki kemampuan yang berhubungan dengan hitungan cenderung  kurang,  sehingga  mempengaruhi  kemampuan  santri  tersebut  dalam mengemukakan  ide  baru  maupun  memahami  situasi  dan  kondisi  di  sekitarnya. Kondisi  ini  dapat  menjadi  penyebab  santri  kurang  dapat  bersosialisasi  dengan baik.  Santri  ini  memilki  skor  agak  kurang  pada  aspek  kemampuan  logika, kreativitas, perhatian, stabilitas emosi, dan konsentrasi.


III. METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan Rancangan penelitian, sumber dan jenis data penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
A.     Rancangan penelitian
Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian. Dalam rancangan penelitian diungkapkan penataan latar belakang penelitian agar dapat diperoleh data yang valid dan sesuai dengan karakteristik variable dan tujuan penelitian.[26]
Karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari tiga variable yaitu: Variable bebas yaitu kecerdasan intelektual (X1) dan kecerdasan emosional (X2) dan variable terikat yaitu kemampuan menghafal Al-qur’an (Y) Siswa MA Al-Fatimiyah.
B.     Sumber dan Jenis data penelitian
1.      Sumber data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.[26] Untuk memperoleh data yang valid dan akurat. Dalam penelitian ini peneliti mempunyai dua sumber data, yakni:
a.       Sumber data primer
Sumber data primer ini merupakan dua pokok yang diperleh peneliti sendiri langsung dari lapangan penelitian. Sumber data ini berupa hasil tes untuk mengetahui kemampuan menghafal Al-qur’an dan berupa angket mengenai kecerdasan Intelektual dan kecerdasan Emosional yang disebar kepada 168 siswa MA Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan.
b.      Sumber data sekunder
Sumber data ini merupakan sumber data pendukung dari sumber data primer yang berupa dokumen-dokumen, hasil hafalan tiap bulan, sejarah dan profil lembaga, keadaan guru, keadaan siswa atau lainya yang bisa dijadikan pendukung dalam penelitian ini.
2.      Jenis data penelitian
Jenis data penelitian ini yaitu data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang daat dihitung langsung yang berupa angka-angka hasil perhitungan skor item data yang diperoleh dari angket yang terkait dua veriable yaitu variable X1 (kecerdasan Intelektual) dan variable X2 (kecerdasan Emosional) sedangkan variabel Y (kemampuan menghafal Al-qur’an) melalui hasil storan tiap bulan dan tahun.
C.    Populasi dan Sampel penelitian
1.      Populasi
Populasi adalah seluruh karakteristik yang menjadi objek penelitian, dimana karakteristik tersebut berkaitan dengan seluruh kelompok orang, peristiwa, atau benda yang menjadi pusat perhatian bagi peneliti. Menurut sekarang populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, atau kejadian, atau hal ihwal yang ingin diketahui oleh peneliti.
Secara sekilas dapat dipahami bahwa Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MA Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan, yang berjumlah 168.
2.      Sample
Sampel menurut sugiono diartikan sebagai sebagian atau wakilyang diteliti.[27]Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan yaitu probabilty sampling. Probabilty sampling adalah metode pengambilan sampel yang didasarkan pada teori probabilitas, dimana semua unit dalam populasi memiliki kemungkinan atau peluang atau kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Adapun jenisnya yaitu Stratifieed Random Sampling. Stratified Random Sampling yaitu cara pengambilan sampel secara acak dari suatu anggota populasi yang bertingkat/berstratum secara proporsional, jika anggota populasinya heterogen atau terdiri atas kelompok-kelompok yang bertingkat.[28]
Adapun penentuan sampel penelitian menggunakan rumus Slovin, yaitu:
Keterangan :      
n   = jumlah sampel
N   = jumlah populasi
e2  = batas ketelitian yang diinginkan (tingkat kesalahan)
Jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini berdasarkan rumus tersebut yaitu:
 =  = 62.68       63 (dibulatkan)
Selanjutnya, untuk mencari sampel berstratanya memakai rumus alokasi proporsional yaitu:
Dari rumus di atas diperoleh jumlah sampel menurut masing-masing strata sebagai berikut:  
Kelas XA       : 30: 168 x 63 = 11.25            11 orang
Kelas XB       : 29 : 168 x 63 = 10.875         10 orang
Kelas XI A    : 28 : 168 x 63 = 10.5             10 orang
Kelas XI B     : 27 : 168 x 63 = 10.123         10 orang
Kelas XII A   : 28 : 168 x 63 = 10.5             10 orang
Kelas XII B   : 26 : 168 x 63 = 9.75             9 orang +
                                                                  60 orang
Dari data diatas dapa disimpulkan bahwa sampel yang diperoleh untuk kelas XA adalah 11 siswa, kelas XB adalah 10 siswa, kelas XI A adalah 10 siswa, kelas XI B adalah 10 siswa, kelas XII A adalah 10 siswa dan kelas XII B adalah 9 siswa. Jadi jumlah seluruh sampel sebanyak 60 siswa.
D.    Instrumen penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuisioner atau angket yang didalamnya terdapat beberapa pertanyaan-pertanyaan disertai dengan jawabannya, yang digunakan untuk memperoleh informasi atau laporan tentang pribadinya dan hal-hal yang terkait dengan yang penilti gali dari responden. Maka angket yang digunakan untuk menguraikan variabel sebagai berikut :
1.      Angket
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.[29] Jumlah angket yang digunakan dalam penelitian ini ada dua angket, yaitu angket untuk mencari data tentang kecerdasan intelektual dan angket untuk mencari data tentang kecerdasan Emosional. Sebelum peneliti menyusun angket setiap variabel, maka peniliti diharuskan untuk membuat kisi-kisi instrumen penelitian.
2.      Dokumentasi, instrumen untuk metode dokumentasi adalah indeks prestasi hafalan tiap bulan para siswa atau santri untuk semua siswa Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan 2014/2015.
Dalam penelitian ini sebelum peneliti menyebarkan angket ke responden, maka peneliti harus melalui tahap-tahap pengujian instrumen terlebih dahulu, diantaranya :
a.       Uji coba instrument
Item-item soal disebarkan, maka peneliti harus melakukan uji coba instrumen, uji coba instrumen ini dilakukan peneliti untuk mengetahui item-item soal penelitian antara valid dan tidaknya. Jika hasil pengujian instrumen itu menunjukkan valid dan reliabel, maka item-item instrumen penelitian tersebut bisa digunakan dalam penelitian sesungguhnya. Dan pelaksanaan uji coba instrumen ini akan pada sebagian populasi dimana tempat penelitian dipilih.
b.      Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengukur valid (sahnya) tidaknya suatu item-item pertanyaan. Sebagaimana Fraenkel & Wallen (2006) menyatakan, bahwa validitas merujuk pada ketepatan, kebermaknaan, kebenaran dan kegunaan suatu instrument. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.[30]
c.       Uji Reliabilitas
Setelah uji validitas instrument dilakukan, maka selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas adakah suatu keadaan dimana skor dari suatu tes bebas dari kesalahan pengukuran. Pengukuran dengan reliabilitas  yang tinggi (reliabel) adalah pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang dapat dipercaya.[31]
Dalam penelitian ini, SPSS 16.0 for windows merupakan sebuah program yang digunakan untuk melakukan pengujian reliabilitas item-item instrument angket. Untuk menentukan reliabel tidaknya item-item instrument, menurut Sekaran dalam Azhar (2012) menjelaskan criteria pengujian sebagai berikut:
a)      Jika nilai Cronbach Alpha > 0,7 maka reliable
b)      Jika nilai Cronbach Alpha < 0,7 maka tidak reliable


E.     Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data atau informasi yang benar dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa teknik untuk pengumpulan data yang sesuai. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu :
1.      Teknik Angket
Untuk memperoleh data yang terkait atau berhubungan dengan penelitian, maka peneliti menggunakan teknik angket. Teknik angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.[32] Teknik angket ini dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian kepada responden untuk dijawabnya. Tipe pertanyaan atau pernyataan dalam angket  tertutup, maksud dari angket tertutup yaitu angket yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan sejumlah jawaban yang terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah disediakan, sehingga angket ini sering disebut juga dengan angket tertutup.[33]
Dalam penelitian ini, Peneliti memberikan pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden untuk dijawab dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau  gejala sosial.[34]Skala Likert memiliki bentuk pernyataan positif dan negative.
2.      Teknik Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data sebagai berikut:
a.       Data Ustadz MA Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan 2014-2015.
b.      Data siswa MA Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan 2014-2015
c.       Hasil nilai raport hafalan siswa MA Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan 2014-2015
Data-data diatas diperoleh peneliti dengan langsung mengunjungi lokasi penelitian.
F.     Teknik Analisis Data
1.      Uji Prasyarat
Dalam penelitian korelasional, uji prasyarat yang digunakan yaitu normalitas dan linearitas, penjelasannya yaitu :
a.       Uji Normalitas
Menurut Sekaran (2003) menyatakan bahwa uji normalitas adalah membandingkan antara data yang dimiliki oleh peneliti dengan data berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data.
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas melalui program SPSS, bisa menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov dan Shapiro-Wilk atau dengan melihat grafik QQ Plots. Uji Kolmogrof-Smirnov digunakan jika responden berjumlah 50. Sedangkan Uji Shapiro-Wilk digunakan jika responden kurang dari 50 orang.
Kriteria pengujian :
Data berdistribusi normal, jika nilai sig. Uji Kolmogrof-Smirnov > 0.05, sedangkan data tidak berdistribusi normal, jika nilai sig. Uji Kolmogrof-Smirnov < 0.05[35]
b.      Uji Linearitas
Uji Liniearitas bermaksud untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari responden sesuai dengan garis linear atau tidak (apakah hubungan antar-variabel yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus atau tidak). Untuk menguji linearita, peneliti menggunakan program SPSS dengan test for linearity dengan taraf signifikansi 5 %, dengan keputusan jika nilai Sig. pada Deviation from Linearity > 0,05 maka hubungan antar variabel adalah Linear. Dan jika nilai Sig. pada Deviation from Linearity < 0.05 maka hubungan antar variabel adalah tidak linear.[36]
2.      Uji Hipeotesis
Dalam penelitian ini, Pengujian hipotesis  dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi linear ganda (Multiple Regression). Regresi Linear ganda digunakan untuk meramalkan bagaimana kedaan (naik-turunnya) variabel dependent (kriterium).
Dengan ungkapan lain, regresi linear ganda digunakan untuk menghitung pengaruh dua atau lebih variabel bebas (predictor) terhadap satu variabel terikat (kriterium).
Y = a + b1X1 + b2X2
Adapun persamaan regresi ganda adalah sebagai berikut:
Keterangan :
Y : variabel terikat
a : konstanta
b : koefisien regresi untuk variael X.




DAFTAR PUSTAKA

Al-Hafidh, Ahsin. 2005. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Ed. 1, Cet, III, Jakarta: Bumi Aksara
Al-  Qur'an  dan  Tafsirnya. 1993. (Semarang:  Citra  Effhar )
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta)
Azhar, Imam. Metodologi Penelitian dan Analisis Data, (Yogyakarta: Insyira, 2012)
Azhar, Imam, dkk. 2012. panduan penulisan skripsi, (kranji: STAIDRA PRESS)
Fathurrohman, M  Mas'udi  . 2012. Cara  Mudah  Menghafal  AI-Qur'an Dalam Satu Tahun, (Yogyakarta: Elmatera).
Hendriyani, Nani. 2011. “Pengaruh Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang,” Jurnal Penelitian, 3 (Juni)
Ismanto, Heri Saptadi. 2012. Faktor-faktor Pendukung kemampuan menghafal Al-qur’an dan Implikasinya dalam Bimbingan dan konseling. (Jurnal: Bimbingan Konseling 1 )
Khon, Abdul Madjid. 2008. Praktikum Qira’at, ( Jakarta: Amzah), Cet. 1, h. 2
Misbach, Ifa Hanifah. 2008. Antara IQ, EQ dan SQ, (Jurnal: Pelatihan Guru Nasional Se-Indonesia)
Muttaqiyathun, Ani. 2009. Hubungan Emotional Quotient, Intelectualquotient Dan Spiritual Quotient Dengan Entrepreneur’s Performance, (Jurnal: Studi Kasus Wirausaha Kecil di Yogyakarta)
Nadhifah. 2006. Jurnal  Pendidikan  Islami,  volume  15,  Nomor  1
Poerwadarminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Duta Rakyat)
Qardhawi, Yusuf. 1999 Berinteraksi  Dengan  Al-Qur'an,  pent:  Abdul Hayyie Al-Kattani, (Jakarta: Gema Insani Press)
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta)
Zen, Muhaimin. Tata Cara/Problematika Menghafal Al-Qur’an




[1] bdul Madjid Khon, Praktikum Qira’at, ( Jakarta: Amzah, 2008), Cet. 1, h. 2
[2] Yusuf  Qardhawi,  Berinteraksi  Dengan  Al-Qur'an,  pent:  Abdul Hayyie Al-Kattani, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm 189

[3] Al-  Qur'an  dan  Tafsirnya,  (Semarang:  Citra  Effhar  1993),  h1m, 244.
[4] M.  Mas'udi  Fathurrohman,  Cara  Mudah  Menghafal  AI-Qur'an Dalam Satu Tahun, (Yogyakarta: Elmatera, 2012), h1m, 5 - 6.

[5] Yusuf  Qardhawi,  Berinteraksi  Dengan  Al-Qur'an,  pent:  Abdul Hayyie Al-Kattani, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm 189

[6] Nadhifah,  Jurnal  Pendidikan  Islami,  volume  15,  Nomor  1,  Mei 2006, h1m, 53.

[7] Heri Saptadi Ismanto, Faktor-faktor Pendukung kemampuan menghafal Al-qur’an dan Implikasinya dalam Bimbingan dan konseling, Jurnal Bimbingan Konseling 1 (2) (2012)

[8] Ibid, 6

[9] Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Duta Rakyat, 2002) hal. 381

[10] Ani Muttaqiyathun, Hubungan Emotional Quotient, Intelectualquotient Dan Spiritual Quotient Dengan Entrepreneur’s Performance, (Jurnal: Studi Kasus Wirausaha Kecil di Yogyakarta, 2009), 226

[11] Ibid, 226

[12] Ibid, 227

[13] Ibid, 22






[14] Hanifah, Upaya Meningkatkan Prestasi Menghafal Al-qur’an Melalui Strategi Peer Lesson pada Siswa Kelas V MI Tuntang Semarang, (Kripsi: STAIN Salatiga, Semarang, 2012), 22
[15] Muhaimin Zen, Tata Cara/Problematika Menghafal Al-Qur’an…, hal. 249-250

[16] Ahsin al-Hafidh, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Ed. 1, Cet, III, Jakarta: Bumi Aksara, 2005,hal. 56-61.

[17] Ani Muttaqiyathun, Hubungan Emotional Quotient, Intelectualquotient Dan Spiritual Quotient Dengan Entrepreneur’s Performance, (Jurnal: Studi Kasus Wirausaha Kecil di Yogyakarta, 2009), 226

[18] Ifa Hanifah Misbach, Antara IQ, EQ dan SQ, (Jurnal: Pelatihan Guru Nasional Se-Indonesia, 2008), 02

[19] Ifa Hanifah Misbach, Antara IQ, EQ dan SQ, (Jurnal: Pelatihan Guru Nasional Se-Indonesia, 2008), 4
[20] Ibid, 3

[21] Ibid, 226

[22] Ibid, 6

[23] Ibid, 4
[24] Ibid 5
[25] Imam Azhar dkk, panduan penulisan skripsi, (kranji: STAIDRA PRESS, 2012), 24.

[26] Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 129

[27] Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta. 2010), 82

[29] Ibid, hal. 142

[30] Ibid, hal.121

[31] Opcit, Imam Azhar, hal.115
[32] Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), 142

[33] Nani Hendriyani, “Pengaruh Kedisiplinan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang,” Jurnal Penelitian, 3 (Juni, 2011), 69.
[34] Opcit, Imam Azhar, hal. 91.

[35]  Opcit, Imam Azhar, hal.145

[36] Ibid., 150.

 


1 komentar:

traclounpu mengatakan...

traclounpu Nathaniel Fuqua click
ticbacountmor

Posting Komentar

 
;