PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ) DAN KECERDASAN
EMOSIONAL (EQ) TERHADAP KEMAMPUAN MENGHAFAL
AL-QUR’AN SISWA MADRASAH ALIYAH DIPONDOK
PESANTREN AL-FATIMIYAH BANJARANYAR
PACIRAN LAMONGAN TAHUN PELAJARAN
2014-2015
Mata
Kuliah : Metode Penelitian Social Dan Agama
Dosen
: Prof. Dr. Hj. Masrurah Mukhtar, MA
Dr.
H. M. Ishaq Shamad , MA
Di Susun Oleh :
Wahyuddin
PROGRAM PASCASARJANA MEGISTER
PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2015-2016
DAHTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL………………………………………………………..……..i
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………….ii
DAFTAR
ISI…………………………………………………………..…………….iii
I.
PENDAHULUAN………………………………………………………………..1
A. Latar
Belakang Masalah………………………………………………………1
B. Rumusan
Masalah……………………………………………………………. 6
C. Tujuan
Penelitian …………………………………………………………….7
D. Kegunaan
Penelitian………………………………………………………….7
E. Hipotesis
Penelitian…………………………………………………………..8
F. Ruang
Lingkup Dan Keterbatasan Penelitian…………………………………9
G. Definisi
Operasional………………………………………………………....10
II.
TINJAUAN
PUSTAKA………………………………………………………...11
A. Landasan
Teori………………………………………………………………11
1. Menghafal
Al-Qur’an………………………………………………….. .11
2. Kecerdasan
Intelektual (Iq)………………………………………………17
B. Hasil
Penelitian Yang Relevan………………………………………………21
III. METODEPENELITIAN……………………………………………………….23
A. Rancangan
penelitian………………………………………………………..23
B. Sumber
dan Jenis data penelitian…………………………………………….23
C. Populasi
dan Sampel penelitian Instrumen penelitian……………………….24
D. Instrument
Penelitian………………………………………………………...27
E. Teknik
Pengumpulan Data…………………………………………………..30
F. Teknik
Analisis Data………………………………………………………...31
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………...34
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ridho dan
rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ’’ Pengaruh
Kecerdasan Intelektual (Iq) Dan Kecerdasan Emosional (Eq) Terhadap Kemampuan
Menghafal Al Qur’an Siswa Madrasah Aliyah
Dipondok Pesantrenal Fatimiyah Banjaranyar Paciranlamongan’’. Dan tak
lupa pula kita haturkan salawat dan tashlim kepada Baginda Rasullulah SAW, panutan bagi semua
umat manusia dan rahmatan lilalamin (rahmat bagi alam smesta)
Adapun tujuan dalam penulisan
makalah ini salah satunya adalah untuk membagun pemgetahuan kita dan daya pikir,
nalar kita untuk menunjang ilmu
pengetahuan yang lebih baik.
Penulis telah berupaya semaksimal
mungkin untuk dapat menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya, namun
penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Penulis
berharap semoga tugas makalah ini bermanfaat begi penulis dan khususnya pembaca
pada umumnya. Terima kasih
Makassar, January 2016
Penulis
I. PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang masalah
Al-Quran merupakan sumber utama dan pertama ajaran Islam.
Al-Quran adalah kalam Allah yang mengandung mu’jizat diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, melalui malaikat jibril yang tertulis pada mushaf yang
diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, dinilai ibadah bagi yang membacanya,
yang dimulai surah Al- Fatihah dan di akhiri surat An- Nas.[1]
Diantara keistimewaan Al-Qur’an adalah ia merupakan kitab yang dijelaskan dan
dimudahkan untuk di hafal.[2]
Kitab suci umat
Islam ini adalah
satu-satunya kitab suci samawi yang masih
murni dan asli.
Tidak seperti kitab
suci sebelumnya, seperti kitab Taurat dan Injil yang telah mengalami “tahrif” atau
perubahan baik dari segi
redaksi maupun dari
segi makna. Perubahan terhadap
kitab suci ini baik
dari segi arti maupun
dari segi redaksi
menyebabkan implikasi yang serius dalam kehidupan keagamaan.
Jadi, jika Al- Qur'an
yang ada sekarang ini masih asli dan murni sesuai dengan
apa yang diajarkan
oleh Nabi Muhammad SAW
kepada para sahabatnya, hal
itu karena Allah
yang menjaganya.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا
الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
"Sesungguhnya
kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya kami
benar- benar memeliharanya” (QS, Al-Hijr: 9).[3]
Penjagaan
Allah kepada Al-Qur'an
bukan berarti Allah menjaga secara langsung fase-fase
penulisan Al-Qur'an, tapi Allah melibatkan para hamba- Nya untuk ikut menjaga
Al-Qur'an.[4]
Salah
satu usaha nyata
dalam proses pemeliharaan
AlQur'an adalah dengan menghafalnya pada setiap generasi.[5]
Dalam menghafalkan Al- Qur'an ini
tentu tidak mudah,
dengan sekali membaca langsung
hafal akan tetapi ada metodenya, dan juga ada berbagai macam problematikanya.[6]
Winkel dalam Saptadi, pada saat mempelajari materi
untuk pertama kali peserta didik mengolah bahan pelajaran (fase fiksasi) yang
kemudian disimpan dalam ingatan (fase retensi), akhirnya pengetahuan dan
pemahaman yang telah diperoleh diproduksi kembali.[7]
Teknik mengingat yang
banyak dilakukan orang adalah
dengan mengulang informasi yang
masuk. Menurut Matlin dalam Saptadi, Pengulangan informasi akan tersimpan
lebih lama dan
lebih mudah untuk
diingat kembali.[8]
Tahfidz berasal dari Bahasa Arab حَفِظَ يَحْفَظُ حِفْظًا
yang berarti menghafal, sedangkan kata (menghafal) berasal dari kata (hafal)
yang memiliki dua arti : (1) telah masuk dalam ingatan (tentang pelajaran), dan
(2) dapat mengucapkan di luar kepala (tanpa melihat buku atau catatan lain).
Adapun arti “menghafal” adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu
ingat.[9]
Dalam menghafal pelajaran, seseorang menghadapi
materi yang biasanya disajikan
dalam bentuk verbal
(bahasa), entah materi
itu dibaca sendiri atau diperdengarkan. Dalam menghafal Al
Qur’an, seseorang juga menghadapi materi hafalan dalam bentuk verbal baik
dibaca sendiri atau diperdengarkan (simakan). Dalam menghafal
pelajaran umum, seseorang mengulang-ulang kembali
materi hafalan sampai tertanam
sungguh-sungguh dalam ingatan. Demikian pula dalam menghafal Al Qur’an,
seseorang mengulang-ulang ayat yang dihafalkan kemudian disimpan dalam ingatan
(fase retensi).
Terkait dengan
menghafal Al-qur’an, untuk mencapai keberhasilan dalam menghafal, khususnya menghafal
Al-qur’an seorang santri seharusnya memiliki berbagai macam jenis kecerdasan,
yakni kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan Emosional (EQ), dan kecerdasan
spiritual (SQ).
Kecerdasan intelektual (IQ) menurut Wechsler dalam
Muttaqiyatun, inteligensi adalah kemampuan menyimpan dua gagasan berlawanan
dalam pikiran secara bersamaan, namun masih mempunyai kemampuan untuk
berfungsi.[10]
Goleman dalam Muttaqiyathun, bahwa kecerdasan emosi
(EQ) adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain,
kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik
pada diri sendiri dan dalam berhubungan dengan orang lain.[11]
Zohar dan Marshal dalam Muttaqiyathun, yang
mengartikan SQ adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri yang
berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar. Ini adalah kecerdasan
yang digunakan bukan hanya untuk mengetahui nilai-nilai yang ada, melainkan juga
untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.[12]
Menurut pengertian dari para ahli tersebut di atas,
dapat disimpulkan bahwa kecerdasan IQ, EQ, dan SQ berperan dalam suatu proses
untuk tercapainya keberhasilan dalam menghafal Al-Qur’an.
Kenyataan dalam salah satu pondok pesantren
Tahfidzul Qur’an tepatnya di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar,
memperlihatkan banyaknya santri penghafalkan Al-qur’an yang mempunyai kemampuan
hafalan yang berbeda-beda dan tingkat keberhasilan yang berbeda-beda. Umumnya,
para santri belum mengetahui tentang potensi dan kemampuan yang ada pada
dirinya dan kecerdasan yang lebih dominan pada dirinya.
Pengembangan kemampuan menghafal di Madrasah Aliyah
Al- Fatimiyah dimaksudkan untuk membantu siswa dalam menyelesaikan hafalan
surat-surat dalam Alqur’an. Pengembangan kemampuan menghafal menghafal
Al-qur’an sebagai salah satu tujuan Pondok Pesantren Al-Fatimiyah. Berbagai
upaya pengembangan kemampuan menghafal Al-qur’an para siswa diharapkan akan
membantu siswa dalam mencapai tujuan secara optimal. Namun pada kenyataannya,
pelaksanaan pengembangan kemampuan diri tidak berjalan mudah dan lancar. Banyak
kendala yang menghambat baik dari segi sumber daya manusia, siswa, sistem yang
ada, sarana prasarana, Lingkungan dan sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan ustadzah
yang menjadi pembimbing dalam menghafalkan Al-qur’an atau penerima storan
Al-qur’an di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan,
siswa MA Al- Fatimiyah dituntut minimal dalam satu tahun mampu menghafal 3 juz.
Banyak hal yang mampu membuat kemampuan menghafal menjadi baik dan berkembang
diantaranya adalah kecerdasan intelektua, kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual.
Memandang bahwa kecerdasan Intelektual (IQ), kecerdasan
Emosional (EQ), dan kecerdasan Spiritual (SQ) diasumsikan mempunyai pengaruh
terhadap pencapaian hasil belajar berupa kemampuan menghafal Al-qur’an. Dengan
demikian, sejauh mana kecerdasan IQ dan SQ dapat memberikan pengaruh terhadap
kemampuan menghafal Al-qur’an peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
lebih mendalam dengan judul penelitian “ Pengaruh kecerdasan Intelektual (IQ),
dan kecerdasan Emosional (EQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an Siswa
Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran
Lamongan “ Peneliti hanya meneliti kecerdasan Intelektual dan kecerdasan
Emosional karena peneliti mampu mencari indikatornya dan keterbatasan waktu.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas, permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah
terdapat pengaruh kecerdasan Intelektual (IQ) terhadap kemampuan menghafal
Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran
Lamongan?
2. Apakah
terdapat pengaruh kecerdasan Emosional (EQ) terhadap kemampuan menghafal
Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran
Lamongan?
3. Apakah
terdapat pengaruh antara kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan Emosional
(EQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren Putri
Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah yang diuraikan di atas, penelitian ini disusun untuk:
1. Mengetahui
pengaruh kecerdasan intelektual (IQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an
siswa MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
2. Mengetahui
pengaruh kecerdasan Emosional (EQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa
MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
3. Mengetahui
pengaruh antara kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan Emosional (EQ) terhadap kemampuan menghafal
Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran
Lamongan?
D.
Kegunaan
Penelitian
Selain
tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti, terdapat pula kegunaan dalam
penelitian ini, antara lain:
1. Secara
Teoritis
Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan untuk
pengembangan kemampuan menghafal Al-qur’an melalui kecerdasan Intelektuan (IQ)
dan kecerdasan Emosional (EQ). Agar hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
kajian bagi penelitian lanjutan maupun tujuan lain yang relevan.
2. Secara
praktis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembuatan
karya ilmiah, serta sebagai salah satu cara untuk mengembangkan wawasan khususnya
pengetahuan mengenai pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual
terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren Putri
Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
oleh para Ustadzah (guru) dan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan di
lembaga pendidikan untuk merumuskan kebijakan yang menyangkut pengaruh
kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional terhadap kemampuan menghafal
Al-qur’an pada khususnya dan kualitas pendidikan pondok pesantren tahfizd pada
umumnya.
E.
Hipotesis
Penelitian
Berdasar
atas permaalahan penelitian sebelumnya, maka hipotesis penelitian (Ha) yang
hendak dibuktikan dapat dirumuskan:
a. Terdapat
pengaruh kecerdasan Intelektual (IQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an
siswa MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
b. Terdapat
pengaruh kecerdasan Emosional (EQ) terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa
MA di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
c. Terdapat
pengaruh antara kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan Emosional (EQ)
terhadap kemampuan menghafal Al-qur’an siswa MA di Pondok Pesantren Putri
Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan?
F.
Ruang
Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Dalam
rangka membatasi kajian penelitian dan mempermudah pemahaman, maka ruang
lingkup dalam penelitian ini meliputi sebagai berikut:
1. Dalam
judul penelitian ini mencakup dua variabel:
a. Variabel
independen (bebas) yakni kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.
b. Variabel
dependen (terikat) yakni kemampuan menghafal Al-qur’an.
2. Subyek dalam penelitian ini adalah santri MA
di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan.
3. Lokasi
penelitian di lakukan di Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah Banjaranyar
Paciran Lamongan.
4. Kegiatan
penelitian ini di laksanakan mulai bulan mei sampai juni pada semester genap
tahun pelajaran 2014/2015.
G.
Definisi
Operasional
Beberapa
variabel penelitian yang perlu didefinisikan secara operasioanal adalah
kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan menghafal.
1. Kecerdasan Intelektual (IQ)
Kecerdasan
intelektual (IQ) menurut Wechsler dalam Muttaqiyatun, inteligensi adalah
kemampuan menyimpan dua gagasan berlawanan dalam pikiran secara bersamaan, namun
masih mempunyai kemampuan untuk berfungsi.
2. Kecerdasan
Emosional (EQ)
Goleman
dalam Muttaqiyathun, bahwa kecerdasan emosi (EQ) adalah kemampuan mengenali
perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri
sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
berhubungan dengan orang lain.[13]
3. Menghafal
Menurut Winkel (2001: 22) pada saat
mempelajari materi untuk pertama kali
peserta didik mengolah
bahan pelajaran (fase
fiksasi), yang kemudian
disimpan dalam ingatan
(fase retensi), akhirnya pengetahuan dan
pemahaman yang telah diperoleh
diproduksi kembali.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Landasan
TeorI
1. Menghafal
Al-qur’an
a. Pengertian
Menghafal
Menurut Winkel (2001: 22) pada saat mempelajari
materi untuk pertama kali peserta didik
mengolah bahan pelajaran
(fase fiksasi), yang kemudian disimpan dalam
ingatan (fase retensi), akhirnya pengetahuan
dan pemahaman yang telah
diperoleh diproduksi
kembali. Teknik mengingat
yang banyak dilakukan orang
adalah dengan mengulang
informasi yang masuk. Pengulangan informasi akan
tersimpan lebih lama
dan lebih mudah untuk
diingat kembali (Matlin, 2008:
45).
Proses
pengulangan tersebut berkaitan
erat dengan sistem ingatan yang
ada pada manusia.
Menurut Atkinson dan
Shiffrin (dalam Matlin, 2008:
23), sistem ingatan manusia dibagi menjadi 3 bagian yaitu sensori memori
(sensory memory), ingatan
jangka pendek (short
term memory), dan
ingatan jangka panjang (long term memory).
Sensori memori mencatat informasi atau stimuli yang
masuk melalui salah satu atau kombinasi
panca indra, yaitu
secara visual melalui
mata, pendengaran melalui
telinga, bau melalui hidung, rasa melalui lidah dan rabaan melalui kulit. Bila
informasi atau stimuli tersebut tidak diperhatikan akan langsung terlupakan,
namun bila diperhatikan
maka informasi tersebut
ditransfer ke sistem
ingatan jangka pendek. Sistem ingatan jangka pendek menyimpan informasi
atau stimuli selama ± 30
detik, dan hanya
sekitar tujuh bongkahan
infomasi (chunks) dapat dipelihara dan disimpan di sistem
ingatan jangka pendek dalam suatu saat (Solso, 2008: 30).
Setelah berada di
sistem ingatan jangka
pendek, informasi tersebut dapat ditransfer
lagi melalui proses
rehearsal ke sistem
ingatan jangka panjang untuk disimpan, atau dapat juga
informasi tersebut hilang atau terlupakan karena tergantikan oleh tambahan
bongkahan informasi yang baru (Solso, 2008: 31).
Menghafal
Al-Qur’an merupakan gabungan
dari dua suku
kata, yaitu menghafal dan
Al-Qur’an. Menurut Alex
Sobur (2003:260), menghafal
adalah “kemampuan untuk memproduksi tanggapan-tanggapan yang telah tersimpan
secara tepat dan sesuai dengan tanggapan-tanggapan yang diterima”.
Menghafal juga dimaknai
belajar atau mempelajari sesuatu dan
mencoba menyimpannya di
ingatan. Al-Qur’an diartikan dengan kalam
Allah yang bernilai
mukjizat yang diturunkan
kepada “Pungkasan” para nabi
dan rosul dengan
perantaraan malaikat Jibril
a.s yang tertulis pada mushaf, diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya
terhitung ibadah, diawali dengan surat al-Fatihah dan ditutup dengan surat
an-Nas (Ash-Shabuni, 2001:3).
Jadi, menghafal Al-Qur’an
merupakan suatu kemampuan untuk mempelajari dan mencoba menyimpan ayat-ayat
Al-Qur’an di ingatan.[14]
b. Konsep
Menghafal Al-qur’an
Sebelum
memulai menghafal Al-Qur’an,
maka terlebih dahulu santri
membaca mushaf Al-Qur’an
dengan melihat ayat
Al-Qur’an (Binadhor) dihadapan guru atau kyai. Sebelum memperdengarkandengan hafalan
yang baru, terlebih dahulu
penghafal
Al-Qur’anmenghafal sendiri materi
yang akan disemak
dihadapan guru atau
kyai dengan jalan sebagai berikut:
a) Pertama kali
terlebih dahulu calon
penghafal membaca dengan malihat mushaf (Binadhor)
materi-materi yang akan diperdengarkan dihadapan guru atau kyai minimal 3
(tiga) kali.
b) Setelah dibaca
dengan melihat mushaf
(Binadhor) dan terasa ada bayangan,
lalu dibaca dengan
hafalan (tanpa melihat
mushaf atau Bilghoib) minimal 3
(tiga) kali dalam satu kalimat dan maksimalnya tidak terbatas. Apabila sudah
dibaca dan dihafal 3 (tiga) kali masih belum
ada bayangan atau
masih belum hafal,
maka perlu ditingkatkan sampai
menjadi hafal betul dan tidak boleh menambah materi yang baru.
c) Setelah satu
kalimat tersebut ada
dampaknya dan menjadi
hafal dengan lancar, lalu
ditambah dengan merangkaikan
kalimat berikutnya sehingga sempurna
satu ayat. Materi-materi
baru ini selalu dihafal
sebagaimana halnya menghafal
pada materi pertama kemudian dirangkaikan
dengan mengulang-ulang materi
atau kalimat yang telah
lewat, minimal 3
(tiga) kali dalam
satu ayat ini dan maksimal tidak terbatas sampai
betul-betul hafal. Tetapi apabila materi
hafalan satu ayat
ini belum lancar
betul, maka tidak
boleh pindah ke materi ayat berikutnya.
d) Setelah
materi satu ayat ini dikuasai hafalannya denga hafalan yang betul-betul lancar,
maka diteruskan dengan
menambah materi ayat baru
dengan membaca binadhar terlebih dahulu
dan mengulangulang seperti
pada materi pertama.
Setelah ada bayangan
laludilanjutkan dengan membaca
tanpa melihat sampai
hafal betul sebagaimana halnya
menghafal ayat pertama.
e) Setelah
mendapat hafalan dua ayat dengan baik dan lancar, dan tidak terdapat kesalahan
lagi, maka hafalan
tersebut diulang-ulang mulai dari materi ayat pertama dirangkaikan
dengan ayat kedua minimal 3 (tiga) kali dan maksimal tidak terbatas. Begitu
pula menginjak ayatayat berikutnya sampai
kebatas waktu yang
disediakan habis dan para materi yang telah ditargetkan.
f) Setelah materi
yang ditentukan menjadi
hafal dengan baik
dan lancar, lalu hafalan
ini diperdengarkan kehadapan
guru atau kyai untuk
ditashhih hafalannya serta mendapatkan
petunjuk-petunjuk dan bimbingan seperlunya.
g) Waktu
menghadap ke guru
atau kyai pada
hari kedua, penghafal memperdengarkan materi
baru yang sudah
ditentukan dan mengulang materi
hari pertama. Begitu pila hari ketiga, materi hari pertama, hari
kedua dan hari
ketiga harus selalu
diperdengarkan untuk lebih memantabkan
hafalannya. Lebih banyak
mengulangulang materi hari
pertama dan kedua akan
lebih menjadi baik
dan mantap hafalannya.[15]
c. Faktor-faktor
yang meningkatkan kemampuan menghafal:
Berdasarkan pendapat Alfi (2002: 4), faktor – faktor yang mendukung dan meningkatkan kemampuan
menghafal Al-Qur’an sebagai
berikut:
a) Motivasi
dari penghafal
b) Mengetahui
dan memahami arti atau makna yang terkandung dalam Al-Qur’an
c) Pengaturan
dalam menghafal
d) Fasilitas
yang mendukung
e) Otomatisasi
hafalan
f) Pengulangan
hafalan.
Menurut Putra
dan Issetyadi, (2010:16) berasal
dari faktor internal
dan eksternal. Faktor
internal antara lain: (a)
kondisi emosi, (b)
keyakinan (belief), (c)
kebiasaan (habit), dan cara
memproses stimulus.
Faktor
eksternal, antara lain:
(a) lingkungan belajar, dan (b) nutrisi tubuh.
Berikutnya
untuk membantu mempermudah
membentuk kesan dalam ingatan
terhadap ayat-ayat yang
dihafal, maka diperlukan
strategi yang baik. Strategi itu antara lain sebagai
berikut :[16]
a) Strategi
pengulangan ganda.
b) Tidak
pernah beralih pada ayat berikutnya sebelum ayat yang sedang dihafal
benar-benar terhafal.
c) Menghafal
urutan-urutan yang dihafalnya
dalam satu kesatuan jumlah setelah benar-benar hafal
ayatnya.
d) Menggunakan
satu jenis mushaf saja.
e) Memahami
ayat-ayat yang dihaafalnya.
f) Memperhatikan
ayat-ayat yang serupa.
g) Disetorkan
pada seseorang yang mampu menghafal al-Qur’an.
h) Adab
menghafal al-Qur’an
2. Kecerdasan
Intelektual (IQ)
a. Pengertian
Kecerdasan Intelektual (IQ)
Kecerdasan
intelektual (IQ) menurut Wechsler dalam Muttaqiyatun, inteligensi adalah
kemampuan menyimpan dua gagasan berlawanan dalam pikiran secara bersamaan,
namun masih mempunyai kemampuan untuk berfungsi.[17]
Intelligence
Quotient atau yang
biasa disebut dengan
IQ merupakan istilah dari
pengelompokan kecerdasan manusia
yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli
psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20.
Kemudian Lewis Ternman
dari Universitas Stanford
berusaha membakukan test IQ yang
dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan norma populasi, sehingga
selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada masanya
kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu
yang pada dasarnya hanya bertautan dengan
aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut.[18]
b. Indikator
Kecerdasan Intelektual (IQ)
Berdasarkan
pengalaman, tidak ada
indikator dan alat
ukur yang jelas
untuk mengukur atau menilai
kecerdasan setiap individu,
kecuali untuk kecerdasan intelektual atau
IQ, dalam konteks
ini dikenal sebuah
tes yang biasa
disebut dengan psikotest untuk
mengetahui tingkat IQ seseorang, akan tetapi test tersebut juga tidak
dapat secara mutlak
dinyatakan sebagai salah
satu identitas dirinya
karena tingkat intelektual seseorang
selalu dapat berubah
berdasarkan usia mental
dan usia kronologisnya.[19]
Orang yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) yang
cukup tinggi dapat dilihat selain
dari hasil tes,
dapat terlihat juga
bawa biasanya orang
tersebut memiliki kemapuan matematis, memiliki kemampuan
membayangkan ruang, melihat
sekeliling secara runtun atau menyeluruh, dapat mencari hubungan antara
suatu bentuk dengan bentuk lain, memiliki kemapuan untuk mengenali, menyambung,
dan merangkai katakata serta mencari
hubungan antara satu
kata dengan kata yang
lainya, dan juga memiliki memori yang cukup bagus.[20]
c. Tinjauan
Kecerdasan Emosional (EQ)
a) Pengertian
Kecerdasan Emosional (EQ)
Goleman
dalam Muttaqiyathun, bahwa kecerdasan emosi (EQ) adalah kemampuan mengenali
perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri
sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
berhubungan dengan orang lain.[21]
EQ merupakan
serangkaian kemampuan mengontrol
dan menggunakan emosi, serta
mengendalikan diri, semangat,
motivasi, empati, kecakapan sosial, kerja sama, dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Dengan berkembangnya teknologi pencitraan otak (brain-imaging), yaitu
sebuah teknologi yang
kini membantu para
ilmuwan dalam memetakan
hati manusia, semakin memperkuat
keyakinan kita bawa
otak memiliki bagian rasional dan emosional yang saling
bergantung.[22]
Untuk
kecerdasan emosi (EQ)
dan kecerdasan spiritual (SQ),
hingga saat ini belum
ada alat yang
dpat mengukurnya dengan
jelas karena dua
kecerdasan tersebut bersifat kualitatif bukan kuantitatif. Seperti halnya
dengan alat ukur
kecerdasan, indikator orang
yang memilki IQ, EQ
dan SQ juga
tidak ada ketetuan
yang jelas, sehingga
untuk mengetahui seseorang tersebut memiliki
kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual biasanya
dilihat dari hal-hal
yang biasanya ada
pada orang yang
memiliki IQ, EQ dan SQ tinggi dan
dilihat berdasarkan kompone dari klasifikasi kecerdasan tersebut.[23]
b) Indikator
Kecerdasan Emosional (EQ)
Seperti
halnya dengan alat
ukur kecerdasan, indikator
orang yang memilki
IQ, EQ dan SQ
juga tidak ada
ketetuan yang jelas,
sehingga untuk mengetahui
seseorang tersebut memiliki kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional
dan kecerdasan spiritual biasanya
dilihat dari hal-hal
yang biasanya ada
pada orang yang memiliki
IQ, EQ dan SQ tinggi dan dilihat berdasarkan kompone dari klasifikasi
kecerdasan tersebut.
Seseorang dengan
kecerdasan emosi (EQ)
tinggi diindikatori memiliki
hal-hal sebagai berikut :[24]
(a) Sadar diri,
panada mengendalikan diri,
dapat dipercaya.
(b) Dapat beradaptasi dengan baik dan memiliki jiwa
kreatif.
(c) Bisa berempati,
mampu memahami perasaan
orang lain, bisa mengendaikan konflik, bisa bekerja sama dalam
tim.
(d) Mampu
bergaul dan membangun sebuah persahabatan.
(e) Dapat
mempengaruhi orang lain.
(f) Bersedia
memikul tanggung jawab.
(g) Berani
bercita-cita.
(h) Bermotivasi
tinggi.
(i) Selalu
optimis.
(j) Memiliki
rasa ingin tahu yang besar.
(k) Senang
mengatur dan mengorganisasikan aktivitas.
B.
Hasil
Penelitian yang Relevan
Penelitian
Tentang Pengaruh IQ Terhadap Kemampuan Menghafal. Pengaturan dalam
menghafal Al Qur’an
di pondok pesantren Raudhatul Qur’an Kauman,
Kota Semarang yaitu
mengaji 3 kali sehari.
Target dalam menghafal Al
Qur’an yaitu khatam
dalam waktu 3 tahun.
Untuk membetulkan hafalan Al-Qur’an,
para santri diperintahkan
untuk mengulang-ulang hafalan. Selain itu
dengan mengadakan sema’an
Al Qur'an dengan
sesama santri untuk saling
membandingkan hafalan. Untuk
membaguskan bacaan Al
Qur’an para santri melakukan
musabahah dengan cara mengaji di depan guru atau kyai.
Faktor yang
mempengaruhi hafalan Al-Qur’an
oleh santri di
pondok pesantren Raudhatul Qur’an
Kauman, Kota Semarang
adalah potensi santri. Untuk
mengetahui potensi santri
dari segi intelegensi
dilakukan tes IQ
tipe Stanford-Binet.
Secara
umum kemampuan intelektual semua santri yang diteliti pada taraf
rata-rata, yaitu di
antara 90-109. Masing-masing
santri cukup baik
dalam merespon tes yang diberikan. Kemampuan di atas rata-rata yang ada
pada hampir semua santri ditemukan dalam item tes persamaan, perbendaharaan
kata, simbol angka, dan rancangan balok.
Tes yang dilaksanakan mewakili kemampuan santri dalam persepsi,
komunikasi, dan stabilitas
emosi. Pada sample
tersebut terdapat seorang
santri yang memiliki
IQ di bawah
rata-ra[25]ta yaitu
81 di antara
80 – 89.
Secara umum
santri ini memiliki kemampuan yang berhubungan dengan hitungan cenderung kurang,
sehingga mempengaruhi kemampuan
santri tersebut dalam mengemukakan ide
baru maupun memahami
situasi dan kondisi
di sekitarnya. Kondisi ini
dapat menjadi penyebab
santri kurang dapat
bersosialisasi dengan baik. Santri
ini memilki skor
agak kurang pada
aspek kemampuan logika, kreativitas, perhatian, stabilitas
emosi, dan konsentrasi.
III. METODE PENELITIAN
Bab
ini menjelaskan Rancangan penelitian, sumber dan jenis data penelitian,
populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data,
dan teknik analisis data.
A.
Rancangan penelitian
Rancangan
penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian. Dalam
rancangan penelitian diungkapkan penataan latar belakang penelitian agar dapat
diperoleh data yang valid dan sesuai dengan karakteristik variable dan tujuan
penelitian.[26]
Karena
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari tiga variable yaitu:
Variable bebas yaitu kecerdasan intelektual (X1) dan kecerdasan emosional (X2)
dan variable terikat yaitu kemampuan menghafal Al-qur’an (Y) Siswa MA
Al-Fatimiyah.
B.
Sumber
dan Jenis data penelitian
1. Sumber
data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh.[26] Untuk memperoleh data yang valid dan akurat. Dalam penelitian
ini peneliti mempunyai dua sumber data, yakni:
a. Sumber
data primer
Sumber
data primer ini merupakan dua pokok yang diperleh peneliti sendiri langsung
dari lapangan penelitian. Sumber data ini berupa hasil tes untuk mengetahui
kemampuan menghafal Al-qur’an dan berupa angket mengenai kecerdasan Intelektual
dan kecerdasan Emosional yang disebar kepada 168 siswa MA Al-Fatimiyah
Banjaranyar Paciran Lamongan.
b. Sumber
data sekunder
Sumber
data ini merupakan sumber data pendukung dari sumber data primer yang berupa
dokumen-dokumen, hasil hafalan tiap bulan, sejarah dan profil lembaga, keadaan
guru, keadaan siswa atau lainya yang bisa dijadikan pendukung dalam penelitian
ini.
2. Jenis
data penelitian
Jenis data penelitian ini yaitu data yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang daat dihitung
langsung yang berupa angka-angka hasil perhitungan skor item data yang
diperoleh dari angket yang terkait dua veriable yaitu variable X1 (kecerdasan
Intelektual) dan variable X2 (kecerdasan Emosional) sedangkan variabel Y
(kemampuan menghafal Al-qur’an) melalui hasil storan tiap bulan dan tahun.
C.
Populasi
dan Sampel penelitian
1. Populasi
Populasi adalah seluruh karakteristik yang menjadi
objek penelitian, dimana karakteristik tersebut berkaitan dengan seluruh
kelompok orang, peristiwa, atau benda yang menjadi pusat perhatian bagi
peneliti. Menurut sekarang populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang,
atau kejadian, atau hal ihwal yang ingin diketahui oleh peneliti.
Secara sekilas dapat dipahami bahwa Populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa MA Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan, yang berjumlah 168.
2. Sample
Sampel menurut sugiono diartikan sebagai sebagian
atau wakilyang diteliti.[27]Dalam
penelitian ini, teknik yang digunakan yaitu probabilty sampling. Probabilty
sampling adalah metode pengambilan sampel yang didasarkan pada teori
probabilitas, dimana semua unit dalam populasi memiliki kemungkinan atau
peluang atau kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Adapun
jenisnya yaitu Stratifieed Random Sampling. Stratified Random Sampling yaitu
cara pengambilan sampel secara acak dari suatu anggota populasi yang
bertingkat/berstratum secara proporsional, jika anggota populasinya heterogen
atau terdiri atas kelompok-kelompok yang bertingkat.[28]
Adapun penentuan sampel penelitian menggunakan rumus
Slovin, yaitu:
Keterangan
:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e2 = batas ketelitian yang diinginkan (tingkat
kesalahan)
Jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini
berdasarkan rumus tersebut yaitu:
= =
62.68 63 (dibulatkan)
Selanjutnya, untuk mencari sampel berstratanya
memakai rumus alokasi proporsional yaitu:
Dari rumus di atas diperoleh jumlah sampel menurut
masing-masing strata sebagai berikut:
Kelas
XA : 30: 168 x 63 = 11.25 11 orang
Kelas
XB : 29 : 168 x 63 = 10.875 10 orang
Kelas
XI A : 28 : 168 x 63 = 10.5 10 orang
Kelas
XI B : 27 : 168 x 63 = 10.123 10 orang
Kelas
XII A : 28 : 168 x 63 = 10.5 10 orang
Kelas
XII B : 26 : 168 x 63 = 9.75 9 orang +
60 orang
Dari data diatas dapa disimpulkan bahwa sampel yang
diperoleh untuk kelas XA adalah 11 siswa, kelas XB adalah 10 siswa, kelas XI A
adalah 10 siswa, kelas XI B adalah 10 siswa, kelas XII A adalah 10 siswa dan
kelas XII B adalah 9 siswa. Jadi jumlah seluruh sampel sebanyak 60 siswa.
D.
Instrumen
penelitian
Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan kuisioner atau angket yang didalamnya
terdapat beberapa pertanyaan-pertanyaan disertai dengan jawabannya, yang
digunakan untuk memperoleh informasi atau laporan tentang pribadinya dan
hal-hal yang terkait dengan yang penilti gali dari responden. Maka angket yang
digunakan untuk menguraikan variabel sebagai berikut :
1. Angket
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab.[29]
Jumlah angket yang digunakan dalam penelitian ini ada dua angket, yaitu angket
untuk mencari data tentang kecerdasan intelektual dan angket untuk mencari data
tentang kecerdasan Emosional. Sebelum peneliti menyusun angket setiap variabel,
maka peniliti diharuskan untuk membuat kisi-kisi instrumen penelitian.
2. Dokumentasi,
instrumen untuk metode dokumentasi adalah indeks prestasi hafalan tiap bulan
para siswa atau santri untuk semua siswa Pondok Pesantren Putri Al-Fatimiyah
Banjaranyar Paciran Lamongan 2014/2015.
Dalam penelitian ini sebelum peneliti menyebarkan
angket ke responden, maka peneliti harus melalui tahap-tahap pengujian
instrumen terlebih dahulu, diantaranya :
a. Uji
coba instrument
Item-item soal disebarkan, maka peneliti harus
melakukan uji coba instrumen, uji coba instrumen ini dilakukan peneliti untuk
mengetahui item-item soal penelitian antara valid dan tidaknya. Jika hasil
pengujian instrumen itu menunjukkan valid dan reliabel, maka item-item
instrumen penelitian tersebut bisa digunakan dalam penelitian sesungguhnya. Dan
pelaksanaan uji coba instrumen ini akan pada sebagian populasi dimana tempat
penelitian dipilih.
b. Uji
Validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengukur valid
(sahnya) tidaknya suatu item-item pertanyaan. Sebagaimana Fraenkel & Wallen
(2006) menyatakan, bahwa validitas merujuk pada ketepatan, kebermaknaan,
kebenaran dan kegunaan suatu instrument. Instrumen yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.[30]
c. Uji
Reliabilitas
Setelah uji validitas instrument dilakukan, maka
selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas adakah suatu keadaan
dimana skor dari suatu tes bebas dari kesalahan pengukuran. Pengukuran dengan
reliabilitas yang tinggi (reliabel)
adalah pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang dapat dipercaya.[31]
Dalam penelitian ini, SPSS 16.0 for windows
merupakan sebuah program yang digunakan untuk melakukan pengujian reliabilitas item-item
instrument angket. Untuk menentukan reliabel tidaknya item-item instrument,
menurut Sekaran dalam Azhar (2012) menjelaskan criteria pengujian sebagai
berikut:
a) Jika
nilai Cronbach Alpha > 0,7 maka reliable
b) Jika
nilai Cronbach Alpha < 0,7 maka tidak reliable
E.
Teknik
Pengumpulan Data
Untuk
memperoleh data atau informasi yang benar dalam penelitian ini, maka peneliti
menggunakan beberapa teknik untuk pengumpulan data yang sesuai. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu :
1. Teknik
Angket
Untuk memperoleh data yang terkait atau berhubungan
dengan penelitian, maka peneliti menggunakan teknik angket. Teknik angket
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.[32]
Teknik angket ini dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian kepada
responden untuk dijawabnya. Tipe pertanyaan atau pernyataan dalam angket tertutup, maksud dari angket tertutup yaitu
angket yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan sejumlah
jawaban yang terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah disediakan,
sehingga angket ini sering disebut juga dengan angket tertutup.[33]
Dalam penelitian ini, Peneliti memberikan pertanyaan
atau pernyataan secara tertulis kepada responden untuk dijawab dengan
menggunakan skala Likert. Skala Likert yaitu skala yang digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
kejadian atau gejala sosial.[34]Skala
Likert memiliki bentuk pernyataan positif dan negative.
2. Teknik
Dokumentasi
Teknik
ini digunakan untuk memperoleh data sebagai berikut:
a. Data
Ustadz MA Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan 2014-2015.
b. Data
siswa MA Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan 2014-2015
c. Hasil
nilai raport hafalan siswa MA Al-Fatimiyah Banjaranyar Paciran Lamongan
2014-2015
Data-data diatas diperoleh peneliti dengan langsung
mengunjungi lokasi penelitian.
F.
Teknik
Analisis Data
1. Uji
Prasyarat
Dalam
penelitian korelasional, uji prasyarat yang digunakan yaitu normalitas dan
linearitas, penjelasannya yaitu :
a. Uji
Normalitas
Menurut Sekaran (2003) menyatakan bahwa uji
normalitas adalah membandingkan antara data yang dimiliki oleh peneliti dengan
data berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama. Uji
normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi
data.
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk
menguji normalitas melalui program SPSS, bisa menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov
dan Shapiro-Wilk atau dengan melihat grafik QQ Plots. Uji Kolmogrof-Smirnov
digunakan jika responden berjumlah 50. Sedangkan Uji Shapiro-Wilk digunakan
jika responden kurang dari 50 orang.
Kriteria
pengujian :
Data berdistribusi normal, jika nilai sig. Uji
Kolmogrof-Smirnov > 0.05, sedangkan data tidak berdistribusi normal, jika
nilai sig. Uji Kolmogrof-Smirnov < 0.05[35]
b. Uji
Linearitas
Uji Liniearitas bermaksud untuk mengetahui apakah
data yang diperoleh dari responden sesuai dengan garis linear atau tidak
(apakah hubungan antar-variabel yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus
atau tidak). Untuk menguji linearita, peneliti menggunakan program SPSS dengan
test for linearity dengan taraf signifikansi 5 %, dengan keputusan jika nilai
Sig. pada Deviation from Linearity > 0,05 maka hubungan antar variabel
adalah Linear. Dan jika nilai Sig. pada Deviation from Linearity < 0.05 maka
hubungan antar variabel adalah tidak linear.[36]
2. Uji
Hipeotesis
Dalam penelitian ini, Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis
regresi linear ganda (Multiple Regression). Regresi Linear ganda digunakan
untuk meramalkan bagaimana kedaan (naik-turunnya) variabel dependent
(kriterium).
Dengan ungkapan lain, regresi linear ganda digunakan
untuk menghitung pengaruh dua atau lebih variabel bebas (predictor) terhadap
satu variabel terikat (kriterium).
Y
= a + b1X1 + b2X2
Adapun
persamaan regresi ganda adalah sebagai berikut:
Keterangan
:
Y
: variabel terikat
a
: konstanta
b
: koefisien regresi untuk variael X.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hafidh, Ahsin. 2005. Bimbingan Praktis Menghafal
Al-Qur’an, Ed. 1, Cet, III, Jakarta: Bumi Aksara
Al- Qur'an
dan Tafsirnya. 1993.
(Semarang: Citra Effhar )
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta)
Azhar,
Imam. Metodologi Penelitian dan Analisis Data, (Yogyakarta: Insyira, 2012)
Azhar,
Imam, dkk. 2012. panduan penulisan skripsi, (kranji: STAIDRA PRESS)
Fathurrohman, M
Mas'udi . 2012. Cara Mudah
Menghafal AI-Qur'an Dalam Satu
Tahun, (Yogyakarta: Elmatera).
Hendriyani, Nani. 2011. “Pengaruh Kedisiplinan Siswa
Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Kejuruan
Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang,” Jurnal Penelitian, 3 (Juni)
Ismanto, Heri Saptadi. 2012. Faktor-faktor Pendukung
kemampuan menghafal Al-qur’an dan Implikasinya dalam Bimbingan dan konseling.
(Jurnal: Bimbingan Konseling 1 )
Khon,
Abdul Madjid. 2008. Praktikum Qira’at, ( Jakarta: Amzah), Cet. 1, h. 2
Misbach, Ifa Hanifah. 2008. Antara IQ, EQ dan SQ,
(Jurnal: Pelatihan Guru Nasional Se-Indonesia)
Muttaqiyathun, Ani. 2009. Hubungan Emotional
Quotient, Intelectualquotient Dan Spiritual Quotient Dengan Entrepreneur’s
Performance, (Jurnal: Studi Kasus Wirausaha Kecil di Yogyakarta)
Nadhifah.
2006. Jurnal Pendidikan Islami,
volume 15, Nomor
1
Poerwadarminta.
2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Duta Rakyat)
Qardhawi, Yusuf. 1999 Berinteraksi Dengan
Al-Qur'an, pent: Abdul Hayyie Al-Kattani, (Jakarta: Gema
Insani Press)
Sugiyono.
2011. Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta)
Zen,
Muhaimin. Tata Cara/Problematika Menghafal Al-Qur’an
[1]
bdul Madjid Khon, Praktikum
Qira’at, ( Jakarta: Amzah, 2008), Cet. 1, h. 2
[2]
Yusuf Qardhawi, Berinteraksi Dengan
Al-Qur'an, pent: Abdul Hayyie Al-Kattani,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm 189
[4] M. Mas'udi
Fathurrohman, Cara
Mudah Menghafal AI-Qur'an Dalam Satu Tahun, (Yogyakarta:
Elmatera, 2012), h1m, 5 - 6.
[5] Yusuf Qardhawi,
Berinteraksi Dengan
Al-Qur'an, pent: Abdul Hayyie Al-Kattani, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1999), hlm 189
[7] Heri
Saptadi Ismanto, Faktor-faktor Pendukung
kemampuan menghafal Al-qur’an dan Implikasinya dalam Bimbingan dan konseling,
Jurnal Bimbingan Konseling 1 (2) (2012)
[10] Ani Muttaqiyathun, Hubungan Emotional Quotient,
Intelectualquotient Dan Spiritual Quotient Dengan Entrepreneur’s Performance,
(Jurnal: Studi Kasus Wirausaha Kecil di Yogyakarta, 2009), 226
[14]
Hanifah, Upaya Meningkatkan Prestasi Menghafal
Al-qur’an Melalui Strategi Peer Lesson pada Siswa Kelas V MI Tuntang Semarang,
(Kripsi: STAIN Salatiga, Semarang, 2012), 22
[15] Muhaimin
Zen, Tata Cara/Problematika Menghafal Al-Qur’an…, hal. 249-250
[16]
Ahsin
al-Hafidh, Bimbingan Praktis Menghafal
Al-Qur’an, Ed. 1, Cet, III, Jakarta: Bumi Aksara, 2005,hal. 56-61.
[17]
Ani
Muttaqiyathun, Hubungan Emotional
Quotient, Intelectualquotient Dan Spiritual Quotient Dengan Entrepreneur’s
Performance, (Jurnal: Studi Kasus Wirausaha Kecil di Yogyakarta, 2009), 226
[18]
Ifa
Hanifah Misbach, Antara IQ, EQ dan SQ,
(Jurnal: Pelatihan Guru Nasional Se-Indonesia, 2008), 02
[19] Ifa
Hanifah Misbach, Antara IQ, EQ dan SQ, (Jurnal: Pelatihan Guru Nasional
Se-Indonesia, 2008), 4
[20] Ibid,
3
[21] Ibid, 226
[22] Ibid, 6
[23] Ibid, 4
[24] Ibid 5
[25] Imam
Azhar dkk, panduan penulisan skripsi,
(kranji: STAIDRA PRESS, 2012), 24.
[26]
Suharsimi
Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 129
[27] Sugiono,
Metode Penelitian Kuantitatif dan R &
D (Bandung: Alfabeta. 2010), 82
[29] Ibid,
hal. 142
[30] Ibid,
hal.121
[31] Opcit, Imam Azhar, hal.115
[32] Sugiyono,
Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif
dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), 142
[33] Nani
Hendriyani, “Pengaruh Kedisiplinan Siswa
Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Kejuruan
Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang,” Jurnal Penelitian, 3 (Juni, 2011), 69.
[34] Opcit,
Imam Azhar, hal. 91.
[35] Opcit, Imam Azhar, hal.145
[36] Ibid.,
150.
1 komentar:
traclounpu Nathaniel Fuqua click
ticbacountmor
Posting Komentar